Dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia yang didukung oleh UNESCO yang jatuh pada tanggal 23 April 2010 yang lalu, Rumah Baca mendapat kehormatan untuk diwawancari Radio Kayu Manis pada gelombang 99.5 FM.

Sehari sebelumnya, saya mendapat email singkat dari Ibu Citra Aisyah  dari RKM yang meminta saya untuk meluangkan waktu untuk diwawancari on air keesokan harinya. Kesempatan emas ini tentu saja tidak disia-siakan. Saya langsung menyatakan kesanggupan. Kegairahan soal membaca buku dan mendapatka nilai-nilai baru yang membawa ke arah perubahan harus segera diwartakan!

Pagi hari, tanggal 23 April 2010, pukul 07.45 saya sudah siap di pelataran parkir Plaza Senayan, persis di belakang kantor saya di Ratu Plaza, menunggu telepon berdering dari RKM. Betul saja, beberapa menit kemudian terdengar dering telepon dari RKM dan meminta saya untuk siap mengudara. Sambil mendengarkan lagu-lagu yang dikumandangkan RKM pagi itu, saya terus menghubungi teman-teman penggiat Rumah Baca untuk ikut memantau.

Tepat pukul 08.00 Pak Bob Iskandar, penyiar senior RKM langsung membuka obrolan dengan menanyakan awal mula saya punya gagasan membuat situs Rumah Baca ini. Saya jelaskan bahwa Rumah Baca dibentuk karena banyaknya obrolan seputar buku ketika sebuah buku baru beredar. Sering saya bertanya tentang bagaimana komentar mereka soal buku yang telah selesai dibaca, jawabnya selalu apik (bagus!). Lalu saya kejar, ya bagus itu seperti apa. Nah, mereka selalu kesulitan menjelaskan letak sisi bagus dari sebuah buku. Dari sana, lalu saya punya gagasan, alangkah baiknya kalau buku yang telah dibaca ditulis ulang dan kemudian didiskusikan. Lahirlah Rumah Baca secara on line untuk menampung gagasan itu.

Latar belakang saya adalah fasilitator, di mana  saya terbiasa untuk berperan sebagai pemudah cara, berada di tengah-tengah,  bukan pemain utama. Artinya ketika saya membuat Rumah Baca bukan saya maksudkan untuk menampung tulisan atau gagasan saya sendiri tapi menyediakan ruang bagi siapa saja yang berminat dengan persoalan buku.

Tanggapan yang muncul kemudian ternyata luar biasa. Teman-teman dekat saya dengan sukarela menyumbang review buku yang telah dibaca, sekaligus  saya minta mereka untuk menulis semacam bio data singkat agar pembaca lain bisa kenalan secara on line.

Waktupun bergulir, kini Rumah Baca telah memasuki usia hampir 3 tahun, tepatnya sejak Agustus 2007. Jumlah pengunjung yang sempat mampir dan berdiskusi sejak tahun 2007 itu kini telah mencapai angka 55.000 lebih. Dari data statistik yang bisa saya lihat sebagai admin Rumah Baca, rata-rata jumlah pengunjung dalam sehari bisa mencapai antara 40 – 60 orang. Angka ini menunjukkan betapa minat baca buku dan mencari informasi soal buku begitu besar.

Pertanyaan dari Pak Bob Iskandar berikutnya adalah tentang segmen anggota dan kelompok buku yang dibahas. Saya jawab bahwa untuk bergabung dengan Rumah Baca tidak ada batasan umur. Siapa saja yang punya minat membaca dan membahas sebuah buku bisa bergabung. Buku yang dibasa juga tidak saya batasi kelompoknya. Ia bisa berupa buku soal budaya, novel, pengembanag diri, atau manajemen.

Pak Bob Iskandar juga sempat  bertanya tentang bagaimana awal mula saya tertarik dengan buku. Saya ceritakan bahwa dulu ketika saya masih tinggal di Solo, saya mendapat sebuah kemewahan karena kakak saya punya perpustakaan yang lengkap dan saya boleh meminjam buku-bukunya. Orang lain tiada diperbolehkan membaca. Kalaupun boleh, membacanya harus diruang perpustakaanya, tidak boleh dibawa pulang. Aturan itu tidak berlaku untuk saya!

Pertanyaan terakhir adalah tentang apa pesan Rumah Baca untuk menyambut Hari Buku Sedunia ini. Pesan saya dalam menyambut Hari Buku Sedunia adalah bahwa kegiatan membaca membutuhkan kedisiplinan. Saya menyempatkan untuk membaca buku minimal 1 buah sebulan. Kalau sedang kalap, saya bisa membaca buku 4 buah selama sebulan, di tengah-tengah padatnya mengerjakan tugas-tugas kantor. Saya juga jelaskan bahwa kegiatan membaca semestinya juga harus dibarengi dengan kegiatan menulis. Ada ungkapan yang saya pinjam dari guru saya Pak Hernowo dari Mizan, tentang “mengikat makna.” “Mengikat makna” artinya menuliskan kembali apa yang kita pahami dari membaca sebuah buku. Ia bisa berupa nilai-nilai baru, yang keluar sebagai hasil proses diskusi di kepala. Nilai-nilai baru itu akan lebih dahysat lagi jika ia membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Akhirnya, Selamat Hari Buku Sedunia!

Salam dari Rumah Baca

7 Responses to “Rumah Baca – RKM 99.5 FM (1)”


  1. 1 Wiyanto Monday, April 26, 2010 at 8:31 am

    Selamat untuk Rumah Baca semoga semakin berkembang.

  2. 2 YSN Monday, April 26, 2010 at 12:46 pm

    Kepingin punya waktu buat yang begini niiih……………………..

  3. 3 Panca Monday, April 26, 2010 at 12:47 pm

    Selamat dan sukses selalu buat Rumah Baca yang telah mengudara. Semoga makin setia untuk memberikan wadah bagi penyuka buku

    salam

    Panca

  4. 4 Risfan Munir Monday, April 26, 2010 at 12:49 pm

    Wah, makin mantaaaf
    Kapan bedah buku Samurai Sejati Ton?

    Salam,
    Risfan Munir

  5. 5 Richard Th Daniel Monday, April 26, 2010 at 12:51 pm

    Wow tadi keren abis he..he…sopo sek ya?

    Ris

  6. 6 Dini Monday, April 26, 2010 at 12:53 pm

    Mas Har,

    tadi aku denger wawancara eksklusifnya dirimyu!
    Suaranya “teutep” yaks..khas bgd! tukul bgd…hehehe

    Btw, aku jd terinspirasi tuk tambah rajin nulis neh..ga sekedar baca..biar bisa share jg ma org banyak..thx for d tips!

    Btw, kmren aku s4 nulis n menangin field success story contest yg diadain di MC n dpt Ipod Shuffle…yuhuuu, Alhamdulilah!

  7. 7 Lukas Bayu Monday, April 26, 2010 at 12:54 pm

    Selamat pada rumah baca…dan mas Hartono….semoga tambah semakin dikenal…sayang saya nggak bisa stay tune….

    Lukas Bayu Setyatmoko
    Trainer and Consultant
    cell phone: 081393484055
    http://lukasbayusetyatmoko.wordpress.scom


Leave a comment




Data pengunjung

  • 365,024 Kunjungan

Resensi yang lain

Index

my pictures at flickr

Goodreads