Teknologi itu muncul sebagai suatu jawaban dari keterbatasan fisik manusia. Teknologi diciptakan untuk mempermudah pekerjaan dan juga mencapai kenyamanan yang dibutuhkan. Kreasi luar biasa pada bidang teknologi, khususnya teknologi digital, selalu muncul dari negara-negara maju, seperti Eropa, Amerika dan Jepang. Negara berkembang seperti Indonesia, lebih banyak berperan sebagai pengguna teknologi alias konsumen saja. Negara-negara berkembang biasanya lebih banyak mengurusi aspek spiritual. Kalaupun ada teknologi, sifatnya sangat sederhana.

OK. Video Festival, Galeri Nasional Indonesia. Photo: Hartono Rakiman

OK. Video Festival, Galeri Nasional Indonesia. Photo: Hartono Rakiman

Posisi konsumen tak selalu perperan sebagai pengguna semata, dan tak kuasa sedikitpun atas teknologi itu. Tunggu dulu. Justru dengan kegagapan dan ketidak tahuan teknologi secara paripurna, maka konsumen punya interpretasi yang bisa jadi berbeda dari rancangan awal teknologi itu dibuat. Maka, pada tataran berikutnya, akan muncul hal-hal lucu nan ajaib dari perkembangan pemakaian teknologi itu.

Pada titik ini, manusia menciptkan rekayasa baru. Melakukan muslihat. Tapi harap segera diingat, bahwa akal-akalan teknologi ini ternyata tidak hanya dilakukan di negara berkembang saja, tapi termasuk juga di negara maju. Mungkin karena hakekat dari teknolkogi itu sendiri adala rekayasa. Yang membedakan hanya latar belakang dan polanya saja.

Gagasan OK. Video Festival yang ke-6, mengambil fenomena menarik tentang “akal-akalan” teknologi ini. Perhelatan kali ini mengangat tema Muslihat. Festival tidak hanya berlangsung di Galeri Nasional, tapi juga di tempat-tempat lain dengan program yang bervariasi, seperti Video Out di Goethe Institut, Ruru Gallery, Kineforum TIM, serta program Public Program berupa Media/Art Kitchen Presentation, Festival Tour with Curators, discussion dan Artist talk, kesemuanya di Galeri Nasional Indonesia.

Penyelenggaraan OK Video Festival yang ke-6 ini, seperti biasa, masih di Galeri Nasional Indonesia, semenjak pertunjukan pertama tahun 2003. Festival ini akan berlangsung mulai tanggal  5-15 September 2013. Diikuti oleh beberapa seniman dunia seperti Jepang, Inggris, Jerman, Hongkong, Amerika Serikat, India, Iran, Belanda, Mesir,Australia, Austria, Irlandia, Italia,Polandia,Taiwan, Israel, Belgia, Perancis, Argentina, Lithuania dan tentu saja Indonesia.

Video paling menonjol dan sangat dekat dengan tema kali ini adalah video yang berjudul E-Ruqyah, karya Arya Sukapura Putra, yang berasal dari Bandung.  Video ini menampilkan praktek pengusiran jin atua nergi buruk lainnya dalam tubuh manusia melaui metode ruqyah dengan menggunakan handphonde yang sedang memprrdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan cara mengusap-usapkan ke sekujur tubuh. Ini sungguh video yang mampu menggambarkan praktek penggunaan teknologi yang jauh di luar perkiraan sipembuat tekologi itu sendiri. Bukankah handphone itu sejatinya sebagai alat komunikasi antar individu. Ketika handphone dipakai untuk berkomunikasi dengan spirit yang kasat mata, hal ini sudah melampaui imajinasi si pembuat handphone itui sendiri. Video ini menempati juara pertama dari video-video yang dikirimkan oleh peserta. Video-video yang  lain diperoleh melalui proses seleksi yang dilakukan oleh beberapa curator, seperti Ade Darmawan, Irma Chantily, Julia Sarisetiati, M. Sigit Budi S, dan Rizki Lazuardi.

Pada pembukaan festival ini juga ditampilkan seni instalasi rekayasa benda-bedna di sekitar kita yang mampu menghasilkan suasana unik dan mengejutkan. Seni instalasi kinetik ini disuguhkan secara unik oleh  Hario Kanta dari Jepang.

Hartono Rakiman, Pengasuh Rumah Baca.

2 Responses to “Tipu Muslihat, OK?”


  1. 1 Risfan Thursday, September 5, 2013 at 9:37 am

    Persepi yg dibentuk dgn bantuan teknologi

  2. 2 mashar Thursday, September 5, 2013 at 10:18 am

    Manusia vs teknologi itu selalu unik. Apalagi kalau urusannya ke akal-akalan. Kita paling kreatif 🙂


Leave a comment




Data pengunjung

  • 365,020 Kunjungan

Resensi yang lain

Index

my pictures at flickr

Goodreads